Skip to main content

Prinsip pemuatan di atas kapal

pemuatan diatas kapal merupakan kegiatan rutinitas terjadi disebuah pelabuhan, untuk membuat muatan aman maka ada beberapa prinsip yang dilakukan yakni ;

1. Melindungi Kapal


Dalam hal melindungi kapal yang berkaitan dengan muatan adalah cara pembagian muatan itu sendiri didalam ruang muat, yaitu :

a. Pembagian muatan secara vertical.

Pembagian muatan secara vertical dapat menyebabkan kapal memiliki stabilitas positif yang kaku atau langsar dan dapat pula memiliki stabilitas negatif. Stabilitas positif adalah stabilitas di mana titik G berada di  bawahtitik M, sedangkan Stabilitas negatif adalah stabilitas di mana titik G berada di atas titik M. Di mana titik G (titik berat) adalah titik tangkap dari semua

displacement yang bekerja di bawah, titik M (titik metacentre)  adalah titik potong antara bidang centre lain dengan perpanjangan gaya bouyancy pada saat kapal senget, dan titik B (titik bouyancy)adalah titik geometris dari bentuk badan kapal yang terbenam dan adalah  titiktangkap dari gaya bouyancy yang bekerja ke atas.

Pada stabilitas positif terdapat dua (2) jenis keadaan kapal yaitu :

1. Kapal Langsar (Tender Ships)

Kapal Langsar atau Tender adalah kapal yang mempunyai  stabilitasGM terlampau kecil,nilai moment keseimbangan (moment penegak) terlampau kecil,dan pada saat mengoleng sangat perlahan untuk kembali ke posisi semula saat berbahaya dalam cuaca buruk. Untuk menanggulanginya yaitu dengan cara memperbesar nilai GM dengan menambah muatan dibagian bawah atau mengisi tanki DBT (Double Bottom Tank) atau membongkar muatan di bagian atas.

2. Kapal Kaku (Stiff Ship)

Kapal Kaku atau Stiff adalah kapal yang mempunyai stabilitas GM terlampau besar,nilai moment keseimbangan (moment penegak) terlampau besar,dan pada saat mengoleng sangat cepat untuk kembali ke posisi semula sehingga dapat membahayakan kontruksi kapal dan kegiatan di kapal.

Untuk menanggulanginya yaitu dengan cara memperkecil nilai GM dengan membongkar muatan di bagian bawah atau
mengosongi/mengurangi DBT (Double Bottom Tank) dan  menambahmuatan di bagian. atas

b. Pembagian muatan secara horizontal.

Pembagian muatan secara horisontal yaitu tergantung dari konsentrasi berat muatan di bagian atas atau bagian bawah, yang dapat menyebabkan terjadinya Trim kapal dan berakibat pula terjadinya Hogging ataupun Sagging.

Trim adalah perbedaan antara sarat depan dan belakang, yang di bagi menjadi tiga (3) bagian yaitu :
  1. Trim by Head
  2. Trim by Head adalah sarat depan lebih besar dari sarat belakang (nungging).
  3. Trim by Stern
  4. Trim by Stern adalah sarat belakang lebih besar dari sarat depan (ndongak).
  5. Even Keel
  6. Even Keel adalah sarat depan sama dengan sarat belakang (rata).

Hogging adalah kondisi muatan di mana konsentrasi pemuatan Terlalu banyak di ujung depan dan ujung belakang sehingga kapal dapat melengkung ke atas Kedua gejala ini akan timbul sewaktu kapal berada di tengah laut, karena terjadinya tegangan yang dapat mengakibatkan patahnya bagian sambungan dek atau pelat lambung,maka  harus  di pertimbangkan pada saat membuat Stowage Plan (rencana pemuatan) dan paling baik pembagian berat di atas kapal masing-masing 25% di bagian depan dan belakang dan 50% di bagian tengah.

c. Pembagian muatan secara transfersal atau melintang kapal. 
Pembagian muatan secara transfersal akan mengakibatkan kapal miring ke salah satu sisi apabila berat sebelah, oleh sebab itu  hendaknyadi bagi rata kanan atau kiri center line yang akan
mempengaruhi periode olengan kapal.

2. Melindungi Muatan 
Seperti telah kita ketahui bahwa tanggung jawab pihak kapal untuk membawa muatan adalah ”From Sling to Sling”artinya sejak muatan diangkut di atas dermaga pelabuhan muat hingga muatan tersebut di lepas di dermaga pelabuhan bongkar, maka selama itu pula merupakan tanggung jawab pihak kapal. Oleh sebab itu perwira muatan harus menjaga dan merawat muatan dari hal-hal berikut :

a. Pengaruh terjadinya keringat muatan atau keringat kapal dan kebocoran.
Keringat kapal terjadi apabila adanya kondensasi pada bagian besi kapal yang di akibatkan oleh suhu udara di dalam palka lebih panas dari pada suhu di luar palka sehingga mengakibatkan terjadinya keringat kapal pada dinding palka sebelah dalam, misalkan : kapal berlayar dari Indonesia ke Eropa.
Keringat muatan terjadi apabila suhu di dalam palka lebih rendah dari pada suhu di luar palka, misalkan : kapal berlayar dari Eropa ke Indonesia.
b. Pengaruh terjadinya gesekan antara muatan yang satu dengan yang lain atau dengan kulit kapal.
c. Pengaruh yang di sebabkan karena panas dari kamar mesin, pemanasan  dancuaca.
d. Pengaruh dari pencurian

Hal tersebut di atas dapat diatasi dengan :
1. Pemisahan yang sempurna.
2. Penggunaan penerapan atau dunnage.

Dunnage adalah bahan yang digunakan untuk menjaga muatan dari kerusakan akibat gesekan antara muatan dengan muatan atau  denganbadan kapal, air, tercampurnya muatan,pencurian,dan rusak karena tekanan dari benda lain. Dunnage di bedakan menjadi dua (2) :
  1. Dunnage Tetap
    Dunnage Tetap adalah dunnage yang telah terpasang di dalam palka secara permanen antara lain : cargo batten (dunnage yang terpasang di alas atau dasar palka),wooden sleating (dunnage yang terpasang di kanan dan kiri palka),wooden casing dan botton calling.
  2. Dunnage Tidak Tetap
    Dunnage Tidak Tetap adalah dunnage yang di pasang apabila di perlukan atau di butuhkan antara lain : sasak dari bambu,karung,terpal,k atau plastik,papan balok,triplek atau playwood.
  3. Pemberian peranginan atau ventilasi
    Tujuan di berikan peranginan adalah untuk mengeluarkan udara lembab yang mengandung uap air dan menggantikan dengan udara segar,bersih dan kering dari luar. Jenis peranginan di kapal ada dua yaitu peranginan alam dan peranginan buatan atau mekanik. Pelaksanaan pemberian peranginan harus selalu memperhatikan dan mengontrol kelembaban udara di dalam palka serta harus di perhatikan bahwa yang di maksudkan di sini bukanlah merubah suhu udara di dalam palka, akan tetapi untuk mengontrol titik embun di dalam palka dengan membandingkan titik embun udara luarnya.

3. Melindungi ABK dan Buruh

Buruh yang bekerja harus menggunakan helm,masker,sarung, tangan sepatu safety, kaca mata safety, demikian juga dengan perwira dan  awakkapal di tempat. Pada tempat yang memungkinkan orang jatuh harus di pasang jala-jala dan tempat lalu lalang orang harus di pasang tali pengaman sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan pada saat kegiatan bongkar atau muat.

4. Pemanfaatan Ruang Muat Semaksimal Mungkin
Penguasaan tehnik pemuatan sehubungan dengan adanya ruang rugi atau Broken Stowage harus di tekan sekecil mungkin.

Broken Stowage adalah berapa persen (%) ruangan yang tidak  dapatdi isi dengan muatan. Dengan rumus :

A = volume muatan dalam palka
B = volume ruang palka yang di tempati muatan

Untuk Broken Stowage (Bs) :
1. Muatan Homogen (muatan sejenis) = ± 10 %
2. Muatan Heterogen (campuran ) = ± 25 %

Faktor yang mempengaruhi Bs (Broken Stowage) adalah :
a. Bentuk ruangan muatan (palka)
b. Bentuk dari muatannya
c. Kemampuan buruh dalam menyusun muatan atau barang
d. Sifat dari muatan tersebut

Maka untuk menekan terjadinya Broken Stowage yaitu denganc pemilihan muatan yang sesuai dengan bentuk palka, pemilihan buruh yang terampil dan pengisian Filler Cargo. Filler Cargo adalah muatan yang bentuknya kecil yang dapat di tata atau ditempatkan di antara muatan lain atau muatan yang besar.

5. Bongkar Muat Secara Cepat,Teratur dan Sistematis

Dalam kegiatan bongkar muat secara cepat,teratur dan sistematis ada hal-hal yang harus di perhatikan adalah :

  • Menghindari terjadinya Long Hatch.
    Long Hatch adalah penumpukan muatan hanya pada 1 ruang muat saja sehingga akan berakibat pemuatan ataupun pembongkaran menjadi lebih lama.
  • Menghindari over stowage
    Over Stowage adalah muatan yang seharusnya di bongkar di pelabuhan tersebut namun karena tertutup oleh muatan pelabuhan berikutnya maka pembongkarannya menjadi terhambat.
  • Mencegah terjadinya Over Carriage.
    Over Carriage adalah muatan yang terbawa ke pelabuhan berikutnya dikarenakan pemberian tanda kurang jelas.

Maka ke tiga syarat supaya tidak terjadi Over Carriage  adalah:
  1. Port Marks.
    Port marks artinya tanda yang di lukiskan atau di tulis pada muatan dengan warna yang beraneka macam, hingga pada saat pembongkaran dapat dengan mudah di lihat.
  2. Block Stowage.
    Block Stowage artinya agar satu jenis untuk satu tujuan yang sama, tidak tertata dalam beberapa blok di dalam satu palka.
  3. Pemisahan yang baik.
    Pemisahan muatan yang baik artinya memisahkan muatan dengan jelas baik dengan menggunakan port marks ataupun consignee marksnya sehingga jelas dan mempermudah bagi buruh untuk melihatnya.
  4. Dunnage untuk menghindarkan adanya gesekan.
  5. Dunnage untuk menghindari terjadinya panas mendadak.
  6. Dunnage untuk menghindari terjadinya pencurian. 
  7. Dunnage untuk pemisahan muatan.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar